BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana yang sangat
strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan.
Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta
didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian
peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media
cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta
didik.
Tugas pendidik dalam konteks ini membantu
mengkondisikan pesera didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar,
agar mampu menjadi agents of
modernization bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan
siapa saja yang dijumpai tanpa harus membedakan suku, agama, ras dan golongan.
Pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi,
maksudnya pelaksanaan dan proses pendidikan harus mampu membantu peserta didik
agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak,
bertanggungjawab dan bersosialitas). Untuk mewujudkan capaian tersebut,
implementasikan pendidikan harus didasarkan pada fondasi pendidikan yang
memiliki prinsip learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Guna mencapai semua itu maka dalam
pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervise, maksud dari supervisi di sini
adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari pekerjaannya dalam
mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan tersebut.
Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak
lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan
dengan tujuan pendidikan.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervisi. Pengawasan bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Oleh
karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang
akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Setelah kita mengetahui
realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas, maka diperlukan
sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar
para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi pendidikan
itu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan supervisi pendidikan?
2. Apakah
tujuan supervisi pendidikan ?
3. Apa
saja prinsip-prinsip supervisi pendidikan ?
4. Bagaimana
teknik-teknik dalam supervisi pendidikan ?
5. Apa saja
yang menjadi bidang garapan Supervisi?
6. Kompetensi
dasar supervisor dan pendekatan supervisi
7. Langkah-langkah
supervisi
8. Supervisi dalam manajemen berbasis sekolah
9. Peran
supervisi
dalam evaluasi program pendidikan
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
memahami maksud supervisi pendidikan.
2. Untuk
memahami tujuan supervisi pendidikan.
3. Untuk
memahami prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
4. Untuk
memahami teknik-teknik dalam supervisi pendidikan.
5. Untuk
mengetahui bidang garapan supervisi
6. Untuk mengetahui kompetensi dasar supervisor dan
pendekatan supervisi
7. Untuk mengetahui langkah-langkag kegiatan supervisi
8. Untuk mendeskripsikan supervisi dalam manajemen berbasis
sekolah
9. Untuk mengetahui peran supervisi dalam evaluasi program
pendidikan
D.
Manfaat
Penulisan
1. memahami
maksud supervisi pendidikan.
2. memahami
tujuan supervisi pendidikan.
3. memahami
prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
4. memahami
teknik-teknik dalam supervisi pendidikan.
5. memahami
biodang garapan supervisi
6. memahami kompetensi dasar supervisor dan pendekatan
supervisi
7. memahami langkah-langkah kegiatan supervisi
8. memahami supervisi dalam manajemen berbasis sekolah
9. memahami peran supervisi dalam evaluasi program
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Supervisi Pendidikan
Konsep
supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the
devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan
dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan
ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar
mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment).
Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui
layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup
seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep
supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, karena inspeksi lebih
menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih
menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan
kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul
(etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam
perkataan itu ( semantik).
1. Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam
perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang
pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
2. Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk
perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata, yaitu Super yang berarti atas,
lebih dan Visi yang berarti lihat, tilik,
awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai
kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.
3. Semantik
Pada hakekatnya isi yang terandung dalam
definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang yang
mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai
bantuan pengembangan situasi belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey
merumuskan supervisi sebagai pelayanan, khususnya menyangkut perbaikan proses
belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai
berikut : “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal
(aspek) yang perlu diperhatikan :
a) Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar
b) Hal-hal
yang menunjang kegiatan belajar mengajar
Karena aspek utama
adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan
kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan
personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian
diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “
serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan
profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah,
dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.
Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan
guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih
diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Supervisi
dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa
untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran
supervisi diartikan pula pembinaan guru.
B.
Tujuan
Supervisi Pendidikan
Supervisi yang baik akan menghasilkan
pola kinerja yang baik, jika supervise dilakukan dengan cara dan metode yang
benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisi
dalam melaksanakan tugasnya.
1. Tujuan Umum Supervisi pendidikan
a) Berdasarkan
Tujuan Umum Pendidikan
Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia
“dewasa” yang sanggup berdiri sendiri.
b) Berdasarkan
Tujuan Pendidikan Nasional
Yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi
manusia-manusia pembangunan yang dewasa dan pancasilais.
c) Berdasarkan
Tujuan Supervisi sendiri
Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran
pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar pada khususnya.
2.
Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan
Meliputi
:
a) Membantu
guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan
perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya.
b) Membantu
guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan-kebutuhan dan
kesulitan-kesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya.
c) Memperbesar
kesanggupan guru-guru untuk memperlengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya
menjadi anggota masyrakat yang efektif.
d) Membantu
guru-guru mengadakan diagnose secara kritis aktivitas-aktivitasnya, serta
kesulitan- kesulitan mengajar dan belajar murid-muridnya, dan menolong mereka
merencanakan perbaikan.
e) Membantu
guru-guru untuk dapat menilai aktivitas-aktivasnya dalam rangka tujuan
perkembangan anak didiknya.
f) Memperbesar
kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat
mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai
keefektivan program yang disusun.
g) Memperbesar
ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang
profesi (keahlianya).
h) Membantu
guru-guru untuk dapat lebih memamfaatkan pengalaman-pengalamannya sendiri.
i) Membantu
untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah simpati dan
kesedian masyarakat untuk menyokong sekolah.
j) Memperkenalkan
guru-guru atau karyawan baru kepada situasi sekolah profesinya.
k) Melindungi
guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan
kritik-kritik yang tak sehat dari masyarkat.
l) Mengembangkan
“profesionalisme esprit e corps” guru-guru.
C. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya
kepala sekolah sebagai supervisor hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi. Menurut E. Mulyasa prinsip-prinsip supervisi antara lain:
1. hubungan
konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis,
2. dilaksanakan
secara demokratis,
3. berpusat
pada tenaga kependidikan (guru),
4. dilakukan
berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru),
5. merupakan
bantuan profesional
Dalam buku Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan Piet A.
Sahertian mengemukakan prinsip supervisi antara lain :
1. Prinsip
ilmiah (scientific), prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kegiatan
supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar.
b) Untuk
memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan
pribadi, dan seterusnya.
c) Setiap
kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.
2. Prinsip
Demokratis
Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru
berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru
merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.
3. Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah
supervisi ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support mendorong,
menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
4. Prinsip
konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam
mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana
kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.
Sedangkan Oteng Sutisna mengemukakan prinsip dalam pelaksanaan kegiatan supervisi, yaitu:
1. Supervisi
merupakan bagian integral dari program pendidikan yang bersifat kooperatif dan
mengikutsertakan
2. Semua
guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi
3. Supervisi
hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil
sekolah
4. Supervisi
hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dari sasaran-sasaran pendidikan
5. Supervisi
hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf
sekolah
6. Tanggung
jawab bagi pengembangan program supervisi berada pada kepala sekolah bagi
sekolahnya.
7. Efektivitas
program supervisi hendaknya dinilai secara periodik.
Dengan demikian prinsip supervisi
merupakan bagian yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan supervisi. Dalam pelaksanaan prinsip supervisi sangat
terlihat dari peran kepala sekolah sebagai supervisor atau pengawas internal
bagi sekolahnya dalam memajukan dan mengembangkan sekolahnya, sehingga dengan
adanya pedoman.prinsip supervisi kepala sekolah diharapkan memberikan pelayanan
yang baik tanpa ada pemaksaan kepada guru-guru atau personal.
D.
Teknik-teknik
Supervisi Pendidikan
Untuk
mempermudah kepala sekolah dalam pelaksanaan kegiatan supervisi diperlukan
teknik-teknik supervisi. Para ahli berbeda-beda dalam merumuskan tahapan
teknik-teknik supervisi akan tetapi pada dasarnya tetap sama.
Secara garis besar teknik
supervisi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: teknik perseorangan dan teknik
kelompok.
1. Teknik perseorangan
Yang dimaksud teknik persorangan ialah supervisi yang
dilakukan secara perseorangan, beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Mengadakan
kunjungan kelas (classroom visitation), Kepala sekolah datang ke kelas
untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat
apa kekurangan atau kelemahan yang sekirannya perlu diperbaiki.
b. Mengadakan
kunjungan observasi (observation visits), Guru-guru ditugaskan untuk
mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu
mata pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri
atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain.
c. Membimbing
guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa atau mengatasi problema yang
dialami siswa.
d. Membimbing
guru dalam hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah, antara
lain: menyusun program semester, membuat program satuan pelajaran,
mengorganisasi kegiatan pengelolaan kelas, melaksanakan teknik-teknik evaluasi
pembelajaran, menggunakan media dan sumber dalam proses belajar mengajar, dan
mengorganisasi kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler.
2.
Teknik Kelompok
Teknik kelompok ialah supervisi yang
dilakukan secara kelompok, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengadakan
pertemuan atau rapat (meeting), Seorang kepala sekolah menjalankan
tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termsuk mengadakan rapat-rapat
secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam
rangka kegiatan supervisi.
b. Mengadakan
diskusi kelompok (group discussions), Diskusi kelompok dapat
diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam
setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah memberikan pengarahan,
bimbingan, nasihat-nasihat dan saran-saran yang diperlukan.
c. Mengadakan
penataran-penataran (inservice-training), Teknik ini dilakukan
melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang studi
tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh pusat
atau wilayah, maka tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran.
Dengan
demikian teknik supervisi sangat penting untuk dikuasai oleh kepala sekolah,
tanpa penguasaan teknik dalam pelaksanaanya tidak akan berjalan baik. Dengan
demikian seorang kepala sekolah tidak akan efektif kegiatan supervisinya
sebelum menguasai teknik dalam bidang supervisi. Teknik supervisi akan lebih
memudahkan pencapaian sasaran-sasaran dari tujuan yang telah ditetapkan, oleh
sebab itu penerapan teknik dari supervisi merupakan wujud dari kemajuan sekolah
untuk berkembang.
E.
Bidang
Garapan Supervisi
Sebagai
bentuk penerapan di lapangan, hal yang dilakukan oleh supervise dalam rangka
perbaikan situasi belajar untuk menciptakan kualitas belajar antara lain
sebagai berikut :
1. Memfasilitasi
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya menusia sebagai modal lembaga dalam mencapai
tujuan perlu dipelihara dan diberdayakan dengan baik. Berharganya sumber daya
manusia diukur dari kinerja yang dihasilkan. Salah satu penentu level kinerja
manusia adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang ia miliki. Dalam hal
ini, supervise sebagai salah satu upaya layanan professional dalam bidang
pendidikan, harus mampu menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi
pengembangan sumber daya manusia.
Terdapat berbagai bentuk upaya pengembangan sumber daya
manusia pendidikan yang bias digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia.
Mulai dari yang sifatnya pendidikan dan latihan hingga pendidikan moral,
motivasi dan perlakuan humanis. Supervisor harus memiliki visi yang jauh ke
depan mengenai pendidikan. Visi tersebut harus diikuti dengan
persiapan-persiapan yang matang untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan di
masa yang akan datang.
2. Mendesain
dan mengembangkan kurikulum
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan layanan dan
produksi pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya menciptakan
produk pendidikan yang berkualitas, marketable,
kompatibel, inovatif, kompetitif, dan produktif. Upaya supervisi harus mampu memberikan jalan yang lurus
untuk mencapai hal tersebut dengan cara mendesain dan mengembangkan kurikulum
secara baik dan benar.
3. Meningkatkan
kualitas pembelajaran kelas
Seorang supervisor dituntut untuk melakukan
perubahan-perubahan proporsional dan inovatif dalam rangka perbaikan kualitas
pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Seorang supervisor harus bersedia
memfasilitasi bahan dan sarana/ prasarana pembelajaran sampai quality control layanan pendidikan.
Semua aktivitas supervisi harus mengarah pada upaya peningkatan kualitas
pembelajaran.
4. Menggairahkan
interaksi humanis
Interaksi yang terjadi antar warga sekolah akan
mempengaruhi kinerja para staf sekolah. Interaksi yang humanis sangat diharapka
bias tercipta di lingkungan sekolah, karena suasana yang harmonis dan humanis di
antara staf akan mendukung produktivitas, efektivitas dan efisiensi capaian. Apabila
di antara staf sekolah timbul suasana yang tidak harmonis, supervisor harus
berupaya kuat untuk menciptakan jembatan-jembatan kesenjangan komunikasi humanis
di antara staf sekolah. Supervisor harus memiliki inisiatif untuk menciptakan
jalinan komunikasi yang efektif dan humanis di antara warga sekolah.
5. Melaksanakan
fungsi-fungsi administratif
Supervisi
merupakan mesin yang menggerakkan semua aspek-aspek administrative pencapaian
tujuan. Mulai dari merencanakan, mengorganisir, sampai dengan pengawasan. Seorang
pemimpin atau manajer memiliki otoritas dan kewenangan untuk melakukan
upaya-upaya supervisi.
F.
Kompetensi
dasar supervisor dan pendekatan supervisi
Ada tiga kompetensi dasar yang harus
dimiliki oleh seorang supervisor dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya,
antara lain sebagai berikut :
1. Human
Relations
Kunci sukses pembimbingan dan bantuan professional kepada
para guru terletak pada proses interaksi antar sesame. Komunikasi efektif
merupakan media keterampilan human
relations. Pesan perlakuan professional sehebat apapun tidak akan sampai jika pesan tersebut tidak
ssampai secara efektif ke guru-guru. Pesan akan sampai ke communicant jika proses interaksi itu terjadi baik secara langsung
atau tidak langsung.
2. Administrasi
Kemampuan administratif merupakan alat penting dalam mengelola
lembaga agar bias berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Seorang supervisor harus memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisir
personel dan sumber daya lainnya, menggerakkan serta mengawasi. Supervisor adalah
seorang pemimpin, sudah seharusnya dia mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk membawa orang-orang dan lembaga dalam rangka mencapai tujuan.
Kepemimpinan dan administrasi diibaratkan ruh dan jasadnya.
3. Evaluasi
Kemampuan evaluasi diperlukan berkaitan
dengan peran supervisor itu sendiri sebagai pembimbing dan pembantu pertumbuhan
profesionalitas para guru. Untuk mampu membimbing dan membantu diperlukan
informasi dan bahan-bahan yang tepat mengenai akar permasalahan yang ditemui
oleh para guru. Oleh karena itu, kemampuan evaluasi sangat diperlukan oleh
seorang supervisor.
Dalam pelaksanaannya, proses supervise
meliputi tiga pendekatan, yaitu :
a) Supervisi artistik
Proses supervisi merupakan suatu hal yang tidak bias
dijelaskan secara rasional. Kreativitas supervisor memiliki peran yang dominan
dalam memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan.
b) Supervise
saintifik
Proses supervisi yang dilaksanakan haruslah berdasarkan empirica evidence, sistematis dan
ilmiah. Segala hal harus berdasarkan atas fakta dan data. Dalam
implementasinya, segala aktivitas supervise harus berdasarkan aktivitas
penelitian.
c) Supervise
klinis
Proses supervisi dilakukan dalam rangka mengobati. Perbaikan
penampilan guru dalam mengajar adalah
tujuannya. Pendekatan ini mengajarkan bagaimana guru dikenalkan dengan ilmu dan
keterampilan didaktik metodik yang baik dan
benar, mengadministrasi pengajaran. Supervise klinis diterjemahkan sebagai
suatu proses bimbingan dan bantuan yang diberikan dalam rangka memperbaiki
keterampilan guru dalam mengajar di kelas.
G.
Langkah-langkah
supervisi
Supervisi dilakukan secara cermat sehingga hubungan
antara supervisor dengan klien bersifat sejajar dan terbuka. Untuk dapat
memperoleh hasil yang maksimal. Maka dilalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertemuan
pendahuluan
Kegiatan yang dilkukan antara lain :
a. Menciptakan
suasana kekeluargaan antara guru dengan supervisor (establish rapport) agar komunikasi selama kegiatan dapat berjalan
dengan efektif.
b. Membuat
kesepakatan (contract) antara guru
dengan supervisor tentang aspek proses belajar mengajar yang akan dikembangkan
dan ditingkatkan (misalnya keterampilan bertanya, cara memotivasi siswa).
Secara singkat, pertemuan pendahuluan
ini akan disepakati mengenai :
1) Sasaran
atau keterampilan mengajar yang akan diamati secara cermat oleh supervisor
2) Strategi
observasi yang akan dilaksanakan
3) Panduan
atau instrumen observasi yang akan digunakan
4) Criteria
atau tolok ukur yang akan digunakan dalam pengisisan observasi
2. Perencanaan
oleh guru dan supervisor
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
a. Persiapan
mengajar tertulis yang sudah dibuat terlebih dahulu untuk dibicarakan
kekurangan-kekurangan yang mungkin masih perlu dibenahi, serta membicarakan
bagian dari persiapan tertulis tersebut yang akan mendapat perhatian khusus.
b. Persiapan
media atau alat-alat pelajaran yang akan digunakan sekaligus strategi
penggunaannya.
c. Cara-cara
mencatat atau perekaman data yang akan digunakan oleh supervisor serta arah
pengambilan data. Hgal ini perlu dibicarakan agar guru tidak merasa terganggu
pada waktu sedang beraksi.
3. Pelaksanaan
latihan mengajar dan observasi
Pada waktu ini guru melaksanakan
mengajar sedangkan suoervisor melakukan pengamatan secara cermat dengan
menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi, kegiatan yang dilakukan
antara lain :
a. Pengamata
dilakukan secara terus menerus selama guru mengajar, tetapi hanya menekankan
dan mencatat bagian yang menjadi sasaran saja, sedangkan bagian yang lain
dicatat kesan umumnya saja.
b. Pengamatan
intensif dilakukan setiap selang beberapa menit dan dalam jangka waktu
tertentu. Beberapa alternative yang biasa dilkukan adalah :
1. Periode
5 menit, yaitu mengamati 5 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 5 meit,
berhenti lagi 5 menit, dan seterusnya.
2. Periode
10-5, yaitu mengamati 10 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 10 menit, dan
seterusnya.
3. Mengamati
terus menerus tetapi pencatatan dilakukan setiap 2 menit atau 4 menit.
4. Mengadakan
analisis data
Hal-hal yang perlu didiskusikan antara
lain :
a. Kesenjangan
antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya
b. Hasil
rekaman baik ynag dituliskan dalam instrumen observasi maupun dalam kaset
(apabila rekaman dilakukan dengan foto atau film tentu saja belum bias
diikutkan untuk didiskusikan saat ini).
c. Cara
atau strategi yang digunakan dalam penyampaian umpan balik. Apabila disepakati
bahwa umpan balik disampaikan secara
tertulis agar terdokumentasikan dengan baik maka setelah selesai diskusi
analisis data rekaman, supervisor menuliskan kesimpulan akhir untuk umpan balik
kepada guru.
5. Diskusi
memberikan umpan balik
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
umpan balik yang dilakukan oleh supervisor kepada guru yang sedang berlatih
mengajar meningkatkan keterampilannya. Pemberian umpan balik haruis dilakukan
dengan segera dan objektif mengenai sasaran yang telah dibicarakan dalam
pertemuan pendahuluan. Sehubungan dengan pemberian umpan balik, terdapat
rambu-rambu sebagai berikut :
a. Sesudah
latihan selesai, (calon) guru diminta untuk mengungkapkan persepsi/ kesannya
mengenai kegiatan mengajar yang ia lakukan.
b. Supervisor
bersama-sama dengan guru menganalisis kegiatan tersebut langkah demi langkah
dilengkapi dengan data hasil pengamatan supervisor. Hal penting dalam langkah
ini adalah melatih guru agar dapat melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
c. Dalam
mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan kekurangan dalam latihan,
supervisor tidak boleh menunjuk dengan tegas dan keras secara langsung tetapi
melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan mengorek kelemahan
sendiri sehingga akhirnya guru menyadari kelemahannya.
d. Hal
yang perlu diingat bahwa dalam langkah ini supervisor harus sekali-kali
memberikan pujian, ulasan positif, penguatan, penghargaan terhadap guru agar
ada perasaan puas dean bangga, sehingga tumbuh kemauan keras untuk memperbaiki
diri.
e. Pada
akhir diskusi, supervisor bersma-sama guru menarik kesimpulan dari latihan yang
baru saja dilakukan yaitu hal-hal yang sudah berhasil dan yang masih harus
diperbaiki pada lain kesempatan.
H.
Supervisi dalam manajemen berbasis sekolah
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) mulai dipopulerkan sejak tahun 1994-an. Dan dicobakan di
Indonesia sejak tahun 1998. Konsep manajemen berbasis sekolah pada prakteknya
menggambarkan sifat-sifat otonomi sekolah, dan karenanya sering pula disebut
sebagai Site-Based Management yang merujuk pada perlunya memperhatikan
kondisi dan potensi kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah (Djam’an,
2001).
Dalam
pelaksanaannya, MBS banyak diterjemahkan seperti juga implementasi otonomi
daera. Penafsiran yang menterjemahkan MBS sebagai suatu aktivitas pengelolaan
semua kebijakan-kebijakan pendidikan dan operasional sekolah dengan tidak
melibatkan pihak lain. Sekolah bebas menentukan standar mutu, kurikulum dan
kebijakan lainnya. Padahal, esensi dari MBS adalah meningkatkan penampilan
sekolah dalam rangka melakukan operasionalisasi pelayanan pendidikan dan proses
produksi lulusan dengan mengupayakan performansi tinggi dan keterlibatan penuh
semua personal sekolah. Jadi, dalam hal ini sekolah merupakan operator
kebijakan pendidikan nasional yang
independen, bebas berkreasi sesuai dengan karakter lembaga masing-masing.
Gagasan
MBS mengarah kepada praktek otonomi pengelolaan sekolah (Djam’an, 2001:1).
Dalam hal ini, MBS bersinergi dengan kebijakan pemerintah mengenai otonomi
daerah (UU No.22 tahun 1999). Masyarakat dan pihak sekolah memiliki tanggung
jawab yang besar dalam mengelola pelayanan pendidikan di tingkat sekolah dengan
mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam
konteks MBS, sekolah dituntut untuk kreatuf mencari pola kerja yang efektif dan
berusaha mencapai tujuan pendidikan.
System
budget oriented yang selama ini
diterapkan dalam mengelola kegiatan sekolah diganti menjadi program oriented. Sekolah mengajukan
program-program pendidikan ke pemerintah, kemudian melalui suatu mekanisme
tertentu pemerintah membiayai program-program yang diusulkan sekolah.
Sekolah-sekolah berkompetisi untuk membuat program-program unggulan dalam
rangka meningkatkan produktivitasnya.
Supervisor
harus mengupayakan kondisi sekolah berkinerja tinggi dengan melibatkan semua
unsure yang terkait secara optimal. Peran supervisor adalah sebagai katalisator
dan fasilitator pemberdayaan sekolah sebagai pusat pembuatan keputusan
pendidikan. Ia hanya memberikan layanan bimbingan dan pencipta lingkungan yang
dibutuhkan untuk kesuksesan MBS, yang menjadi actor utama adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah diharapkan mampu mendorong warga sekolah untuk mandiri,
merancang dan mengelola kebutuhannya sendiri secara sistematis dan rasional.
Dalam
SBM, ada beberapa sumber penting yang bias digunakan oleh para pengelola yang
seharusnya diperhatikan oleh supervise dalam menerapkan pendekatan SBM, yaitu
kekuasaan, informasi, pengetahuan dan keterampilan, dan imbalan. Dengan bekal
informasi, pengetahuan dan keterampilan, kekuasaan, dan kemampuan memotivasi,
supervisor diharapkan mampu mendorong tingkat perlibatan pihak yang terkait
dengan sekolah dalam penyelenggaraan manajemen sekolah (Albers, 1994).
Ditinjau
dalam pendekatan sekolah efektif, seorang supervisor harus mampu mengoptimalkan
peran kepemimpinan yang tersebar di dalam hierarkis sekolah. Peran kepemimpinan
sangat berpengaruh terhadap efektivitas pencapaian tujuan manajemen pendidikan.
Sebagai konduktir, motivator, dan coordinator, pemimpin sekolah perlu memiliki peran
kepemimpinan yang jelas. Selain itu, supervisor harus mampu mendorong harapan
kinerja siswa menjadi lebih tinggi. Upaya peningkatan kinerja siswa harus
dirancang dan difasilitasi oleh supervisor. Dengan menetapkan standar yang
jelas, mengidentifikasi sarana/ prasarana yang tepat maka upaya tersebut bias
efektif dicapai.
Dalam
konsep SBM, sumber-sumber daya yang mendukung efektivitas implementasi SBM
perlu supervisor petakan secara adil di pihak sekolah dan pemerintah daerah/
masyarakat sekitar. Pihak sekolah dan masyarakat/ Pemda harus bersama-sama memiliki
kekuasaan atas pencapaian tujuan pendidikan yang seimbang dan proporsional. Dalam
struktur kerja, mereka duduk satu meja, berhubungan sebagai partner kerja.
Dalam konteks ini, supervisor juga harus menumbuhkembangkan suasana
demokratisasi di antara pemerintah dan sekolah. Supervisor harus mampu
mendelegasikan kekuasaan dan kewenangannya secara lengkap dan benar kepada
masing-masing pihak untuk mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan
operasionalisasi pendidikan.
Untuk
menjamin kesuksesan implementasi SBM, supervisor harus mampu menciptakan suatu
kondisi di mana masing-masing pihak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
relevan serta proporsional sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menghindari suatu
kondisi yang tidak harmonis yang disebabkan karena ada salah satu pihak yang
merasa lebih kompeten, lebih tahu dan menganggap pihak lain lebih tidak
memahami permasalahan. Dalam kondisi ini, peran supervisor sebagai Pembina
kemampuan profesional sangat diperlukan.
Dengan
itu, jalinan keterlibatan masyarakat/ Pemda dalam proses pengelolaan pendidikan
akan bersinergi dengan proses pengelolaan pendidikan yang dilakukan sekolah.
Mereka akan merasa saling memiliki sekolah, merasa bertanggung jawab, saling
mengisi dalam mengelola pendidikan.
I.
Peran
supervisi
dalam evaluasi program pendidikan
Sesuai dengan fungsi evaluasi,
proses supervisi meliputi penelitian, penilaian perbaikan dan peningkatan
(Ametembun, 1981:25) atas upaya pendidikan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi
akan menunjukkan efektif atau efisiensinya suatu program pendidikan.
Tujuan pendidikan beserta kebijakan-kebijakan penyertanya
merupakan acuan dari proses evaluasi yang dilaksanakan. Dalam hal ini, kegiatan
supervise akan melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang telah, sedang, dan
akan dilaksanakan serta dikomparasikan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses supervise merupakan suatu siklus evaluasi. Dalam siklusnya Guthrie &
Reed (1991: 259), planning-bud-getting-evaluation
cycle memperlihatkan keterkaitan amatan proses penyelenggaraan program
pendidikan dalam situasi sebelum, sedang, dan telah dilaksanakan.
Dampak evaluasi akan berpengaruh pada perencanaan dan
pelaksanaan. Proses it uterus berlangsung secara silkuler. Dalam hal ini, upaya
menjamin tujuan tercapai secara efektif dan efisien dilakukan dengan melakukan
evaluasi di tataran konseptual (perncanaa) dan praktis (pelaksanaan). Dalam
kajian Total Quality Management
(Manajemen Mutu Terpadu), proses evaluasi selayaknya dilakukan pada komponen
input, proses transformasi, linkungan, dan output. Jika inputnya, lingkungan,
dan proses transformasinya terawasu serta terjamin maka dengan sendirinya
output yang dihasilkan juga akan baik.
Dalam
aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan
supervisor, yaitu :
1. Identifikasi
tujuan evaluasi
2. Penyusunan
desain dan metodologi evaluasi
3. Pengukuran
Dalam melakukan evaluasi, supervisor tidak hanya sebagai
evaluator program yang hanya memberikan rekomendasi kepada policy maker untuk membuat suatu keputusan, tetapi juga berperan
sebagai pembuat keputusan dan pelaksana putusan.
Supervisor harus bertanggung jawab terhadap kontinyuitas
program yang sedang berlangsung juga mutu produknya. Ada beberapa teknik evaluasi
program yang biasanya dipakai oleh supervisor dalam rangka mencari bahan mentah
untuk tindak lanjut, yaitu dengan tes, observasi, laporan diri, evaluasi diri
dan teman sejawat.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh
supervisor dalam melaksanakan proses evaluasi, yaitu :
1. Komprehensif,
evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.
2. Kooperatif,
untuk mendapatkan informasi yang lengkap diperlukan kerja sama antara subjek
evaluasi dan objek evaluasi. Evaluasi yang kooperatif mengindikasikan adanya
kesepakatan di antara kedua belah pihak betapa pentingnya proses eveluasi
tersebut.
3. Kontinyu
dan relevan dengan kurikulum. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas proses
pencapaian tujuan pendidikan senantiasa bias terus diupayakan dalam kondisi
prima dan berkualitas.
4. Objektif,
tidak terpengaruh dengan hal-hal yang bias mengkaburkan pengukuran dan
penilaian.
5. Humanis,
supervisor harus memperlakukan subjek yang diteliti secara manusiawi,
menghargai subjek sebagai individu. Proses evaluasi yang dinamis akan
mengungkap semua masalah yang berkaitan dengan operasionalisasi pencapaian
tujuan pendidikan.
6. Aman,
proses evaluasi yang dilakukan hendaknya menjaga privasi individu. Semua data
yang bersifat rahasia sebaiknya tidak diekspos ke khalayak karena akan berakibat
buruk terhadap kinerja juga hubungan dengan manusia yang berujung dengan
menurunnya produktifitas lembaga.
Aspek-aspek
yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal yaitu :
1. Personel
Aspek
yang dievaluasi mengacu pada kemampuan professional, dimensi social, dan
individual. Ketiga hal itu merupakan unsure pokok dalam produktivitas personel.
Bagaimanapun, kemampuan profesi, interaksi social, dan kualitas pribadi akan menentukan
baik buruknya kinerja seorang guru.
2. Material
Aspek
material berkaitan dengan evaluasi substansi bahan ajar dan variabel
pendukungnya, misalnya alat-alat pendidikan.
3. Operasional
Aspek
operasional berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar di kelas.
Supervisor menilai dan menindaklanjuti kegiatan belajar mengajar yang
diselenggarakan oleh guru. Bagaimana meningkatkan kemampuan didaktik metodik,
memperbaiki iklim, motivasi, dan evaluasi hasil merupakan tujuan dari evaluasi
aspek operasional.
J. Supervisi Klinis
Supervisi
klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui
siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis
yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Supervisi
klinis diperlukan karena :
a) Tidak
ada balikan dari orang yang kompeten sejauhmana praktik profesional telah
memenuhi standar kompetensi dan kode etik
b) Ketinggalan
iptek dalam proses pembelajaran
c) Kehilangan
identitas profesi
d) Kejenuhan
profesional (bornout)
e) Pelanggaran
kode etik yang akut
f) Mengulang
kekeliruan secara masif
g) Erosi
pengetahuan yang sudah didapat dari pendidikan prajabatan (PT)
h) Siswa
dirugikan, tidak mendapatkan layanan sebagaimana mestinya
i) Rendahnya
apresiasi dan kepercayaan masyarakat dan pemberi pekerjaan
Tujuan
dari supervisi klinis antara lain :
a) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung
jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
b) Membantu
guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
c) Membantu
guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses
pembelajaran
d) Membantu
guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses
pembelajaran
e) Membantu
guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara
berkelanjutan
6. Karakteristik
supervisi klinis :
a) Perbaikan
dalam pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan
bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
b) Fungsi
utama supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1) keterampilan
menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2) keterampilan
mengembangkan kurikulum, terutama bahan pembelajaran, (3) keterampilan dalam
proses pembelajaran.
c) Fokus
supervisi klinis adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan
penampilan pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas
kesepakatan bersama dan pengalaman masa lampau.
7. Prinsip-prinsip
dalam supervisi klinis
a) Hubungan
antara supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan
mahasiswa PPL adalah mitra kerja yang bersahabat dan pebuh tanggung jawab.
b) Diskusi
atau pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil
pengamatan.
c) Bersifat
interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat menyalahkan.
d) Pelaksanaan
keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
e) Hasil
tidak untuk disebarluaskan
f) Sasaran
supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang
lingkup pembelajaran.
g) Prosedur
pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
(pengamatan) dan tahap siklus balikan.
8. Prosedur
supervisi klinis
Pelaksanaan
supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap
berikut :
a) Tahap
perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
(1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana
pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil
belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus
obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan
teknik pelaksanaan obeservasi.
b) Tahap
pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3)
tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam
proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik
pelaksanaan observasi.
c) Tahap
akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran;
(3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data
hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan
tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan
(9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses
perbaikan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
1. Supervisi dapat dirumuskan sebagai serangkaian
usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang
diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina
lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi
atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula.
2. Tujuan supervisi pendidikan digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a.
Tujuan Umum Supervisi pendidikan
1) Berdasarkan
Tujuan Umum Pendidikan
2) Berdasarkan
Tujuan Pendidikan Nasional
3) Berdasarkan
Tujuan Supervisi sendiri
b.
Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan
3. Prinsip-prinsip
Supervisi Pendidikan
Dalam
buku Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan karangan Piet A. Sahertian mengemukakan prinsip supervisi
antara lain :
a) Prinsip
ilmiah (scientific), prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
b) Prinsip
Demokratis
c) Prinsip
kerjasama
d) Prinsip
konstruktif dan kreatif
4. Secara
garis besar teknik supervisi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: teknik
perseorangan dan teknik kelompok. Teknik
persorangan ialah supervisi yang dilakukan secara perseorangan, sedangkan Teknik kelompok ialah
supervisi yang dilakukan secara kelompok.
5. Bidang garapan supervisi meliputi :
a) Memfasilitasi
Pengembangan Sumber Daya Manusia
b) Mendesain
dan mengembangkan kurikulum
c) Meningkatkan
kualitas pembelajaran kelas
d) Menggairahkan
interaksi humanis
e) Melaksanakan
fungsi-fungsi administratif
6. Ada
tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang supervisor dalam rangka
melaksanakan tugas-tugasnya yaitu human relations, administrasi dan evaluasi
7.
Langkah-langkah supervisi :
a) Pertemuan
pendahuluan
b) Perencanaan
oleh guru dan supervisor
c) Pelaksanaan
latihan mengajar dan observasi
d) Mengadakan
analisis data
e) Diskusi
memberikan umpan balik
8. Dalam
aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan
supervisor, yaitu :
a) Identifikasi
tujuan evaluasi
b) Penyusunan
desain dan metodologi evaluasi
c) Pengukuran
9. Dalam
aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan
supervisor, yaitu identifikasi
tujuan evaluasi, penyusunan
desain dan metodologi evaluasi, dan pengukuran
10. Supervisi
klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui
siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis
yang intesif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2009.
Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Aditya Media.
No comments:
Post a Comment